Posted on [Bulan] [Tanggal], [Tahun] by [Author]
Genap sudah 6 tahun Wahana Inklusif Indonesia berkiprah bagi pemenuhan hak pendidikan bagi penyandang disabilitas melalui dukungan terhadap penyelenggaraan pendidikan inklusif. Satu hal yang pasti bagi segenap jajaran pengurus dan semua staff adalah bahwa 6 tahun usia Wahana adalah sebuah perjalanan yang patut disyukuri, karena meski usia Lembaga ini masih tergolong muda, namun banyak capaian-capaian yang telah diraih melalui kerja keras dan dukungan serta doa dari berbagai pihak.
Di tahun ke 6 ini, Wahana semakin memerteguh jati dirinya sebagai Lembaga yang memberikan berbagai alternatif kesempatan meraih pendidikan bagi anak penyandang disabilitas atau anak berkebutuhan khusus. Saat awal Wahana berdiri, Lembaga ini mencoba untuk menjangkau anak-anak berkebutuhan khusus yang mengalami berbagai tantangan dalam memperoleh pendidikan. Lembaga ini sejak awal tidak menawarkan bentuk-bentuk pendidikan yang bersifat khusus atau mengkhususkan, namun lebih berperan pada pengembangan pendidikan yang inklusif, yang lebih berupaya memberdayakan lingkungan dalam rangka memberikan pelayanan terbaik dan yang memberikan kesempatan yang lebih luas bagi pendidikan anak berkebutuhan khusus.
Oleh karenanya, di masa-masa awal, Wahana berupaya membangun jejaring dengan sekolah-sekolah umum, terutama dengan sekolah-sekolah milik pemerintah atau sekolah negeri yang berpotensi mengembangkan pendidikan yang inklusif. Selain itu, kerjasama dengan pemerintah pun terus digiatkan melalui pertemuan-pertemuan rutin, hal ini dilator belakangi oleh keinginan Wahana untuk terus mendukung komitmen pemerintah yang mewajibkan tiap sekolah untuk tidak menolak dan melayani anak berkebutuhan khusus, yang telah dituangkan melalui berbagai kebijakan baik di tingkat nasional maupun daerah.
Wahana menyadari sepenuhnya, bahwa komitmen mendukung pendidikan bagi penyandang disabilitas dan dukungan terhadap penyelenggaraan pendidikan inklusif ini bukanlah hal yang mudah. Meski sudah banyak kebijakan yang dibuat pemerintah, banyak pula pelatihan-pelatihan yang diberikan kepada pendidik, serta bantuan untuk membuat sekolah menjadi lebih ramah, namun masih terdapat anak-anak penyandang disabilitas atau anak-anak berkebutuhan khusus yang mengalami berbagai penolakan di sekolah, atau jika pun mereka bersekolah, namun mereka belum dapat dilayani sesuai dengan kebutuhannya. Di sisi lain, stigma negative terhadap keberadaan anak berkebutuhan khusus atau anak penyandang disabilitas yang dimiliki keluarga, kalangan pendidik, pemerintah, dan masyarakat pun amat berkontribusi pada masih terjadinya berbagai bentuk pengabaian pada hak pendidikan mereka. Masih banyak masyarakat, keluarga, bahkan kalangan pendidik yang beranggapan bahwa anak berkebutuhan khusus atau anak penyandang disabilitas itu tidak mampu untuk dididik dan mendukung pendidikan mereka adalah sebuah kesia-siaan.
Dalam upaya menangani langsung berbagai kasus yang terjadi akibat dari masih terdapatnya serangkaian tantangan di atas, Wahana menyelenggarakan berbagai bentuk program pendidikan di dalam Lembaga. Program pendidikan ini diawali dengan diselenggarakannya bimbingan belajar yang inklusif, berlanjut dengan diselenggarakannya layanan intervensi dini yang dikemas dalam program Pendidikan Anak Usia Dini, penyelenggaraan Home-Schooling sejak tahun 2016, dan tahun ini Wahana segera resmi memiliki program Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) yang di dalamnya melingkupi semua program pendidikan yang diselenggarakan oleh Wahana. Penyelenggaraan program pendidikan ini pun tidak bersifat khusus, namun diselenggarakan secara inklusif, artinya dapat melayani anak dengan berbagai keragaman. Program ini tidak dimaksudkan untuk kembali menginstitusionalisasi pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus atau anak penyandang disabilitas, melainkan untuk memberikan alternatif terhadap kesempatan mendapatkan pendidikan bagi anak yang mengalami tantangan memperoleh pendidikan pada sekolah umum di waktu tertentu. Dikatakan pada waktu tertentu, karena pada gilirannya, siswa yang mengikuti program pendidikan di Wahana akan terus didorong untuk dapat belajar Bersama dengan siswa pada umumnya di sekolah umum dan berbagai Lembaga pendidikan umum. Di usia yang ke 6 ini, jumlah anak yang mengikuti program pendidikan ini pun kian meningkat dan hamper memenuhi kuota belajar yang dapat diselenggarakan oleh Lembaga. Ini menandakan, bahwa kesadaran orangtua terhadap pendidikan anak, serta keinginan orangtua untuk mencari alternatif pendidikan bagi anak mereka yang berkebutuhan khusus pun kian meningkat.
Meski masih terdapat berbagai tantangan dalam pemenuhan hak pendidikan dan penyelenggaraan pendidikan inklusif bagi anak berkebutuhan khusus atau anak penyandang disabilitas, Wahana tidak memandang bahwa penyelenggaraan pendidikan inklusif selama ini tidak tepat atau gagal. Sekali lagi Wahana menyadari bahwa hal yang terberat dalam upaya pemenuhan hak pendidikan bagi mereka adalah kuatnya stigma negative yang dimiliki oleh masyarakat serta belum tertanam secara baiknya budaya inklusif di dalam pendidikan. Oleh karenanya, sebagai sebuah organisasi masyarakat sipil dan organisasi penyandang disabilitas, Wahana akan terus berupaya mendukung penyelenggaraan pendidikan inklusif, baik melalui pelatihan-pelatihan, pendampingan sekolah, advokasi, sosialisasi dan kampanye kepedulian, serta berbagai bentuk dukungan lainnya. Wahana sekali lagi berterimakasih pada semua fihak yang telah berpartisipasi dalam mendukung tercapainya budaya inklusif dalam pendidikan dan pengembangan potensi anak penyandang disabilitas. Dirgahayu Wahana Inklusif Indonesia.